PEMBELAJARAN
PENEMUAN TERBIMBING
Ciri
Penemuan terbimbing Pembelajaran penemuan terbimbing merupakan salah satu
bagian dari pembelajaran penemuan yang banyak melibatkan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar. Dilihat dari segi kadar aktivitas interaksi antara guru dan
siswa, dan antara siswa dengan siswa, maka penemuan terbimbing merupakan
kombinasi antara pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak langsung.Ada
hubungan yang kuat antara kadar dominansi guru dengan kesiapan mental untuk
menginternalisasi konsep-konsep, yaitu usia dan perkembangan mental siswa, dan
hubungan antara pengetahuan awal dan konstruksi konsep IPA yang dimiliki siswa
dengan kemampuan siswa untuk mengikuti pembelajaran penemuan, baik secara
terbimbing maupun secara bebas.Siswa hanya dapat memahami konsep-konsep sains
sesuai dengan kesiapan intelektualnya, semakin muda siswa yang dihadapi oleh
guru, guru perlu lebih banyak menyajikan pengalaman kepada mereka untuk
menggali pengetahuan awal dan membimbing mereka untuk membentuk konsep-konsep.
Siswa yang lebih dewasa, membutuhkan lebih sedikit keterlibatan aktif guru
karena mereka lebih banyak berinisiatif untuk bekerja dan guru akan berfungsi
sebagai fasilitator, nara sumber, pendorong, dan pembimbing.Pembelajaran dengan
penemuan, siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan
aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Selain itu,
dalam pembelajaran penemuan siswa juga belajar pemecahan masalah secara mandiri
dan keterampilan-keterampilan berfikir, karena mereka harus menganalisis dan
memanipulasi informasi (Slavin, 1994).Namun dalam proses penemuan ini siswa
mendapat bantuan atau bimbingan dari guru agar mereka lebih terarah sehingga
baik proses pelaksanaan pembelajaran maupun tujuan yang dicapai terlaksana
dengan baik. Bimbingan guru yang dimaksud adalah memberikan bantuan agar siswa
dapat memahami tujuan kegiatan yang dilakukan dan berupa arahan tentang
prosedur kerja yang perlu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran (Ratumanan,
2002).Beberapa keuntungan Pembelajaran penemuan terbimbing yaitu siswa belajar
bagaimana belajar (learn how to learn), belajar menghargai diri sendiri,
memotivasi diri dan lebih mudah untuk mentransfer, memperkecil atau menghindari
menghafal dan siswa bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri (Carin,
1995b: 107).Pembelajaran penemuan terbimbing membuat siswa melek sains dan
teknologi, dan dapat memecahkan masalah, karena mereka benar-benar diberi
kesempatan berperan serta di dalam kegiatan sains sesuai dengan perkembangan
intelektual mereka dengan bimbingan guru. Penemuan terbimbing yang dilakukan
oleh siswa dapat mengarah pada terbentuknya kemampuan untuk melakukan penemuan
bebas di kemudian hari (Carin, 1993b).Kegiatan pembelajaran penemuan terbimbing
mempunyai persamaan dengan kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada
keterampilan proses. Kegiatan pembelajaran penemuan terbimbing menekankan pada
pengalaman belajar secara langsung melalui kegiatan penyelidikan, menemukan
konsep dan kemudian menerapkan konsep yang telah diperoleh dalam kehidupan
sehari-hari, sedangkan kegiatan belajar yang berorientasi pada keterampilan
proses menekankan pada pengalaman belajar langsung, keterlibatan siswa aktif
dalam kegiatan pembelajaran, dan penerapan konsep dalam kehidupan sehari-hari,
dengan demikian bahwa penemuan terbimbing dengan keterampilan proses ada
hubungan yang erat sebab kegiatan penyelidikan, menemukan konsep harus melalui
keterampilan proses. Hal ini didukung oleh Carin (1993b: 105), “Guided
discovery incorporates the best of what is known about science processes and
product.” Penemuan terbimbing mamadukan yang terbaik dari apa yang diketahui
siswa tentang produk dan proses sains.
Tahapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Pembelajaran
penemuan terbimbing dikembangkan berdasarkan pandangan kognitif tentang
pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis. Menurut prinsip ini siswa
dilatih dan didorong untuk dapat belajar secara mandiri. Dengan kata lain,
belajar secara konstruktivis lebih menekankan belajar berpusat pada siswa
sedangkan peranan guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep atau
prinsip untuk diri mereka sendiri bukan memberikan ceramah atau mengendalikan
seluruh kegiatan kelas.Konstruktivis adalah salah satu pilar dari Contextual
Teaching and Learning, dimana siswa diharapkan membangun pemahaman oleh diri
sendiri dari pengalaman-pengalaman baru berdasarkan pada pengalaman awal dan
pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar
bermakna.Pembelajaran penemuan terbimbing mempunyai kesamaan dengan
pembelajaran berdasarkan masalah dan inquiri yang juga penerapannya berdasarkan
teori konstruktivis, maka penemuan terbimbing termasuk salah satu pembelajaran
yang sesuai dengan Contextual Teaching and Learning (CTL).Menurut Sund (dalam
Suryosubroto, 1996: 193), discovery merupakan bagian dari inquiri, atau inquiri
merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Discovery
adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep atau suatu
prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolongkan, membuat
simpulan dan sebagainya.Pembelajaran penemuan ada persamaannya dengan
pembelajaran berdasarkan masalah.Menurut Ibrahim dan Nur (2000: 23), kedua
model ini menekankan keterlibatan siswa secara aktif, orientasi induktif lebih
ditekankan daripada deduktif, dan siswa mengkonstruksi pengetahuan mereka
sendiri. Pembelajaran berdasarkan masalah (PBI) membantu siswa menjadi pebelajar
yang mandiri dan otonom melalui bimbingan guru yang secara berulang-ulang
mendorong dan mengarahkan siswa untuk mencari penyelesaian terhadap masalah
nyata. Namun pembelajaran penemuan dan PBI berbeda dalam beberapa hal yang
penting yaitu, pada penemuan terbimbing sebagian besar didasarkan pada
pertanyaan-pertanyaan berdasarkan disiplin, dan penyelidikan siswa berlangsung
di bawah bimbingan guru terbatas pada lingkungan kelas.Berbeda dengan
pembelajaran penemuan terbimbing, pembelajaran berdasarkan masalah dimulai
dengan masalah kehidupan nyata yang bermakna yang memberikan kesempatan kepada
siswa dalam memilih dan melakukan penyelidikan yang diperlukan untuk memecahkan
masalah tersebut. Selain itu, karena masalah itu merupakan masalah kehidupan
nyata, pemecahannya memerlukan penyelidikan antara disiplin (Arends,
1997).Tahap-tahap pembelajaran1. Orientasi siswa pada masalahGuru menjelaskan
tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang diberikan guru.2.
Mengorganisasikan siswa dalam belajarGuru membantu siswa mendefenisikan dan
mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan masalah serta menyediakan
alat.3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompokGuru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah.4. Menyajikan / mempresentasikan hasil
kegiatanGuru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan, video, dan model yang membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya.5. Mengevaluasi kegiatanGuru membantu siswa untuk merefleksi
pada penyelidikan dan proses penemuan yang digunakan.Sumber: (Ibrahim dan Nur,
2000: 13)Karena pembelajaran penemuan terbimbing merupakan pembelajaran
penemuan dan bimbingan guru, dan ada persamaannya dengan pembelajaran
berdasarkan masalah, oleh sebab itu dalam penelitian ini menggunakan tahapan
dengan mengadaptasi dari tahapan PBI.Carin (1993a) memberikan petunjuk dalam
merencanakan dan menyiapkan pembelajaran penemuan terbimbing sebagai berikut:1.
Menentukan tujuan yang akan dipelajari oleh siswa.2. Memilih metode yang sesuai
dengan kegiatan penemuan.3. Menentukan lembar pengamatan untuk siswa.4.
Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap.5. Menentukan dengan cermat apakah
siswa akan bekerja secara individu atau secara kelompok yang terdiri dari 2,3
atau 4 siswa.6. Mencoba terlebih dahulu kegiatan yang akan dikerjakan oleh
siswa untuk mengetahui kesulitan yang mungkin timbul atau kemungkinan untuk
modifikasi.Selanjutnya, untuk mencapai tujuan di atas Carin (1993a) menyarankan
hal-hal sebagai berikut:a. Memberikan bantuan agar siswa dapat memahami tujuan
kegiatan yang dilakukan.b. Memeriksa bahwa semua siswa memahami tujuan kegiatan
prosedur yang harus dilakukan.c. Sebelum kegiatan dilakukan menjelaskan pada
siswa tentang cara bekerja yang aman.d. Mengamati setiap siswa selama mereka
melakukan kegiatan.e. Memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk
mengembalikan alat dan bahan yang digunakan.f. Melakukan diskusi tentang
kesimpulan untuk setiap jenis kegiatan.
0 komentar:
Posting Komentar