Hujan Anomali Reda, Waspadai Dehidrasi
ILUSTRASI KEMARAU
| KOMPAS/RINI KUSTIASIH
Wilayah cakupan hujan akibat
anomali suhu muka laut Samudra Hindia untuk perkiraan hingga tiga hari
ke depan mereda. Berdasarkan pemantauan citra satelit Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika, akumulasi awan hujan terdeteksi bergerak
dari Selat Sunda menuju Jakarta dan sekitarnya.
"Selebihnya, wilayah di Jawa diprediksi kering. Pemudik yang mengendarai sepeda motor di Jawa bagian tengah dan timur bahkan harus waspada dehidrasi karena udara panas pada siang hari," kata Kepala Pusat Informasi Meteorologi Publik BMKG Mulyono R Prabowo, Senin (5/8/2013), di Jakarta.
Prediksi hujan yang mereda masih sulit dipastikan untuk jangka waktu tiga hari kemudian. Sebab, saat ini terbentuk pusat tekanan rendah lagi di barat daya Sumatera dan Laut China Selatan sebelah barat Filipina.
Pusat tekanan rendah diperkirakan menguat menjadi bibit badai tropis. Jika hal ini terjadi, potensi hujan lebat terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia bagian barat.
"Mendung yang sekarang terjadi di Jakarta dan sekitarnya juga dampak adanya sisa badai tropis Jebi di Laut China Selatan," kata Mulyono.
Sementara itu, Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca Ekstrem BMKG Hariadi mengingatkan, wilayah Maluku umumnya memiliki kebalikan musim dengan di Jawa. Saat ini, masyarakat Maluku masih perlu tetap mewaspadai risiko hujan lebat.
Angin kencang di Maluku juga mengakibatkan tingginya gelombang laut. Saat ini, tinggi gelombang laut di Maluku bisa mencapai 4 meter.
Kewaspadaan gelombang laut tinggi juga dibutuhkan di wilayah selatan Jawa. Ketinggian gelombang laut diperkirakan juga mencapai 4 meter. (NAW/KOMPAS)
Editor : Yunanto Wiji Utomo
0 komentar:
Posting Komentar