Pendidikan Indonesia di Abad 21 Harus Kembali ke Rumah atau Pondok

Pendidikan Indonesia di Abad 21 Harus Kembali ke Rumah atau Pondok

 
Pendidikan dewasa ini akan selalu diidentikkan dengan sekolah, bagaimana ketika seseorang yang dianggap berpendidikan adalah ketika ia telah bersekolah. Padahal hal tersebut merupakan anggapaan yang salah kaprah. Melihat dari sejarah, bahwa ketika zaman penjajahan sekolah merupakan alat dari politik etis yang diterapkan Belanda kepada pribumi, tujuannya untuk mencetak tenaga kerja pemerintahan atapun yang lainnya. Catatan besarnya adalaah sekolah pada saat itu tidak disistem sebagai media “mendidik” tetapi hanya  sebagai media untuk menciptakan output pekerja.

Pendidikan yang saat ini terlalu berorientasi pada sekolah mungkin saja adalah imbas dari sejarah tersebut. Sekolah yang pada abad 16 diartikan sebagai instrumen kelembagaan untuk mencapai atau mendukung Revolusi Industri di Inggris ironisnya masih bertahan hingga abad 21 ini. Oleh karenanya ketika asumsi ini masih dipertahankan hingga saat ini yang terjadi adalah sekolah hanya akan melahirkan para pekerja dan bukan para pemimpin.
Sejarah Indonesia mengenal Soekarno sebagai bapak Proklamator. Dimana yang menjadikan sosok seorang Soekarno tidak dibentuk melalui institusi yang dikenal dengan sebutan sekolah, melainkan melalui pembinaan/pendidikan dari gurunya yaitu Cokro Aminoto. Seandainya saja Soekarno hanya mendapatkan pembinaan di sekolah, mungkin Soekarno hanya dikenal sebagai seorang insinyur.

Hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah dengan mengembalikan konsep pendidikan tidak lagi berorientasi pada sekolah akan tetapi dikembalikan pada pola lama dalam tradisi bangsa, yaitu keluarga dan pondok. Keluarga dan pondok merupakan bentuk pendidikan pribumi sebelum Belanda menerapkan Politik Etis, setidaknya dengan begitu makna “pendidikan” yang sebenarnya dapat diwujudkan. Sehingga pola yang harus dihadirkan adalah dengan menyediakan kebutuhan masing-masing individu yang berbeda bukan memenuhi kebutuhan mereka dengan menyamaratakan kebutuhannya. Selama ini pemberlakuan kurikulum adalah bentuk praktek kebijakan Out side – in bukan lagi in side-out.

Pendidikan yang dilakukan dalam sebuah Keluarga atau Pondok akan sangat berbeda jika dibandingkan dengan apa yang ada di sekolah. Keduanya dianggap mampu menyelenggarakan proses pendidikan yang “manusiawi”, dimana kita diajarkan untuk memanusiakan manusia.
SHARE

Milan Tomic

Hi. I’m Designer of Blog Magic. I’m CEO/Founder of ThemeXpose. I’m Creative Art Director, Web Designer, UI/UX Designer, Interaction Designer, Industrial Designer, Web Developer, Business Enthusiast, StartUp Enthusiast, Speaker, Writer and Photographer. Inspired to make things looks better.

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

Translate