Penelitian itu, mengungkap baik lelaki maupun perempuan sama-sama bisa kehilangan kontrol saat terjadi adu argumentasi.
Tetapi dalam jangka panjang, laki-laki hampir tak memiliki ‘masalah’ emosional pada kebahagiaan dalam sebuah pernikahan.

Penelitian yang dilakukan sejak 1989 ini melibatkan 80 pasangan, dan makin menguatkan anggapan lama bahwa istri adalah “pembawa damai” dalam perkawinan. Psikolog Robert Levenson, yang terlibat dalam penelitian itu menjelaskan, ketika istri menawarkan solusi umumnya lelaki lebih mudah menerima sehingga membantu menyelesaikan konflik.
“Sebaliknya bila suami yang menawarkan solusi, mereka sering dikritik melompat ke masalah atau menawarkan pemecahan yang terlalu cepat,” ujarnya.
Namun, Claudia Haase, asisten penelitian ini menyebut peran gender telah bergeser beberapa tahun belakangan ini. Dinamika pasangan setengah baya dalam sampel mungkin tidak mencerminkan pasangan muda saat ini.
Banyak pasangan muda, ujarnya, mengalami kesetaraan gender dalam hubungan mereka. Di mana masing-masing bisa secara terbuka mengekspresikan pendapat mereka. “Sehingga tidak ada satu pihak yang secara konsisten memainkan peran sebagai pembuat perdamaian atau pengambil keputusan,” ujarnya.
Menurut Haase, menjaga pikiran terbuka dan mencoba untuk menempatkan diri pada posisi pasangan adalah nasihat yang baik bagi pasangan dalam menghadapi perbedaan pendapat. 
Sumber; suara.com