Klaster Tanaman Herbal
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
bersama Pemerintah Kabupaten Karanganyar kini mengembangkan klaster
budidaya tanaman herbal di enam kecamatan di Karanganyar. Klaster
tersebut diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat
setempat.
"Apalagi, budidaya tanaman herbal
ini sangat prospektif karena di Jateng banyak terdapat industri jamu,"
ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Jateng Agus Suryono, di
Kota Semarang, Kamis (3/6).
Klaster budidaya tanaman herbal ini
dikembangkan sejak Desember 2009 di Kecamatan Jumantono, Jumapolo,
Kerjo, Mojogedang, Ngargoyoso, dan Jatipuro. Tanaman yang dibudidayakan
di atas lahan seluas 170 hektar itu meliputi, jahe, kencur, kunyit,
lengkuas, laos, dan temulawak.
Dengan adanya klaster, petani dapat menyuplai langsung bahan baku tenaman herbal ke industri
jamu karena memproduksi tanaman dalam jumlah besar. "Sebelum tergabung
dalam klaster, petani tidak bisa menyuplai langsung karena produksinya
sedikit," kata Agus.
Melalui sistem klaster, pengelolaan tanaman
herbal terintegrasi sehingga memudahkan petani untuk memasarkan tanaman
mereka. "Petani tidak hanya memproduksi tanaman, tetapi juga berbagi
peran dalam mencari pasar dan menyediakan pupuk," katanya.
Ketua
Klaster Budidaya Tanaman Herbal Karanganyar, Suparman, mengakui,
terdapat sekitar 300 petani dari 10 kelompok tani yang tergabung dalam
klaster ini. Saat ini, mereka tengah menjalin kerja sama dengan
perusahaan jamu di Jateng, seperti PT Sido Muncul, PT Borobudur, dan salah satu perusahaan jamu di Yogyakarta.
Dengan
bergabung dalam klaster, petani merasakan manfaat langsung karena harga
jualnya naik. Jika sebelumnya petani hanya menjual ke pedagang,
sekarang langsung dijual ke industri. "Tahun lalu, harga kunyit hanya Rp
400 per kilogram, tetapi sekarang bisa dihargai Rp 900-Rp 1.000 per
kilogram karena tidak perlu lewat pedagang," kata Suparman.
Selain suplai ke industri jamu, petani mulai membuat minuman serbuk jahe yang dipasok hingga ke Jakarta dan Kalimantan.
Pengamat
ekonomi dari Universitas Diponegoro, Semarang, FX Sugiyanto, menilai
sistem klaster adalah salah satu model untuk mengembangkan perekonomian
lokal. (ilo)(KOMPAS.com)
0 komentar:
Posting Komentar