KARYA ILMIAH PENELITIAN



KATA  PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menambah pengetahuan (wawasan keilmuan) dalam bidang huruf kapital dan tanda baca, dapat meningkatkan kemampuan dalam penulisan huruf kapital dan tanda baca . Serta dapat  mengkomunikasikanya secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan.
Karya ilmiah ini berisi tentang konsep penulisan huruf kapital, penulisan tanda baca dan karangan narasi, yang kami harapkan dapat memberikan informasi kepada para pembaca tentang penulisan huruf kapital dan tanda baca dengan ejaan yang benar.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang berperan serta dalam penyusunan karya ilmiah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita, Amin.




Hormat kami,


Penulis

   



i
 
 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................   i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. ii
BAB I   PENDAHULUAN ………………………………………………………1
 A.   Latar Belakang Masalah
B.   Permasalahan
C.   Tujuan Penelitian
D.   Manfaat Penelitian
E.    Anggapan Dasar
F.   Definisi Operasional
G.   Hipotesis
BAB II  LANDASAN TEORETIS ……………………………………………...3           A.   Penulisan Huruf Kapital
             B.   Penulisan Tanda Baca
A.     Karangan Narasi
BAB III  METODOLOGI PENELITIAN.........................................................19           
 A.   Metode Penelitian
B.   Teknik Penelitian
C.   Populasi
D.   Sampel
BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA ……………………………….20
A.    Data Penelitian
B.     Pengolahan Data Penelitian
BAB  V  SIMPULAN DAN SARAN …………………………………………..23                       A.  Simpulan
B.  Saran
DAFTAR PUSTAKA  ………………………………………………………….24
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................25


ii
 
 
BAB I  
 PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Akhir-akhir ini penulisan huruf kapital dan tanda baca pada karangan narasi siswa di kelas V SD Negeri 2 Cihaur sangat memprihatinkan, padahal penulisan huruf kapital dan tanda baca telah diajarkan di kelas V SD.
Menurut Tarigan (1986) “Penulisan huruf kapital dan tanda baca yang minim diakibatkan karena guru jarang melatih siswa dalam menulis huruf kapital dan tanda baca pada karangan , termasuk karangan narasi.”
            Kemampuan siswa kelas V SD dalam menulis huruf kapital dan tanda baca
Semestinya sudah dilakukan secara maksimal. Oleh karena itu, penulis tertarik dengan meneliti “ Kemampuan siswa kelas V SD Negeri 2 Cihaur dalam menulis huruf kapital dan tanda baca pada karangan narasi.”

B.  Permasalahan     
Dari latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
      1.  Bagaimana kemampuan siswa kelas V SD Negeri 2 Cihaur dalam menulis
huruf kapital pada karangan narasi?
      2.  Bagaimana kemampuan siswa kelas V SD Negeri 2 Cihaur dalam menulis
tanda  baca pada karangan narasi?

C.  Tujuan Penelitian
      1.  Untuk mengetahui kemampuan siswa kelas V SD Negeri 2 Cihaur
dalam menulis huruf kapital pada karangan narasi.
      2.  Untuk mengetahui kemampuan siswa kelas V SD Negeri 2 Cihaur
dalam menulis tanda baca pada karangan narasi.

D.  Manfaat Penelitian
1
 
      Jika penelitian ini berhasil, manfaat yang diharapkan :
  1. Bagi Guru
    • Menambah wawasan keilmuan dalam bidang huruf kapital dan tanda baca.
      2.   Bagi Siswa
    • Dapat meningkatkan kemampuan dalam penulisan huruf kapital dan tanda baca.
      3.   Bagi Pembaca
    • Sebagai bahan  perbandingan untuk meneliti penelitian sejenis.

E.  Anggapan Dasar
  1. Penulisan huruf  kapital  dan tanda baca sudah diajarkan di kelas V SD dan
terdapat pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
  1. Guru telah menerapkan penulisan huruf kapital dan tanda baca.

F.  Definisi Operasional
  1. Kemampuan dalam penelitian ini adalah sesuatu yang dimiliki oleh
seseorang untuk melakukan pekerjaannya.
  1. Siswa kelas V SD Negeri 2 Cihaur adalah peserta didik yang terdaftar di
kelas V SD dan masih aktif.
  1. Menulis huruf kapital dan  tanda baca adalah cara menulis huruf kapital
dan tanda baca yang sesuai dengan Ejaan Yang  Disempurnakan.
  1. Karangan narasi adalah karangan yang bersifat menceritakan peristiwa
atau kejadian.

G.  Hipotesis
1.        Kemampuan siswa kelas V SD Negeri  2 Cihaur dalam menulis huruf
kapital pada karangan narasi, rendah.
2.        Kemampuan siswa kelas V SD Negeri  2 Cihaur dalam menulis tanda baca pada karangan narasi, rendah.


2
 

BAB II
  LANDASAN TEORETIS

A.  Penulisan Huruf Kapital
      Huruf kapital digunakan dalam  bahasa tulis  dengan menggunakan ejaan yang
      benar,  antara lain :
  1. Dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Contoh :         
    • Hari ini hujan lebat.
  1. Dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh :         
    • Ibu bertanya, “Di mana kamu sekarang?”
    • Aku pulang besok sore, “ kata Siska.
  1. Dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan 
nama Tuhan, kitab suci, dan kata ganti untuk Tuhan.
Contoh :         
    • Yang Maha Pengasih
    • Allah SWT
    • Quran
    • Islam
    • hambaMu
  1. Dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh :         
    • Sultan Fatah
    • Maha Putra
  1. Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi atau nama tempat.
3
 
Contoh :         
    • Direktur Jendral Pendidikan Dasar
    • Bupati Demak
  1. Dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Contoh :         
    • Siti Asmonah
    • Abdul Muis
  1. Dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Contoh  :        
    • bahasa Indonesia
    • bangsa Inggris
    • suku Jawa
Kecuali nama  nama bangsa,  suku bangsa, dan bahasa tersebut merupakan
bentuk dasar kata turunan.
Contoh :
    • mengindonesiakan kata asing
    • keinggris-inggrisan
  1. Dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya dan
peristiwa sejarah.
Contoh :         
    • bulan Agustus            
    • tahun Hijriyah
    • hari Minggu
    • hari Lebaran
  1. Dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Contoh  :        
    • Dataran Tinggi Dieng
    • Semarang
    • Gunung Merapi
    • Sungai Mahakam
    • 4
       
      Laut Jawa
    • Tanjung Losari
Kecuali nama geografi tersebut tidak digunakan sebagai  nama diri.
Contoh :         
    • menyebrangi laut
    • berenang di sungai
  1. Dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakek, paman, adik yang dipakai dalam penyapaan acuan.
Contoh :
    • “Kapan Paman berangkat?” Tanya Dani.
    • “Ini baju siapa, Bu?” Tanya Mini.
  1. Dipakai sebagai huruf pertama setiap ataau semua unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan serta dokumen resmi.
Contoh :         
    • Undang-undang Dasar Republik Indonesia
    • Perserikatan Bangsa-Bangsa
  1. Dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Contoh :         
    • Silakan Anda masuk lebih dahulu
    • Mungkin Anda kecewa terhadap sikapku.
  1. Dipakai  sebagai  huruf  pertama  semua  kata  (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan  kecuali  pada  kata di, ke, dari, yang, dengan, yang tidak terletak
di posisi awal.
Contoh :         
    • Saya senang membaca novel Cerita dari Desa
    • Majalah Bahasa dan Sastra banyak digemari masyarakat.     
  1. Dipakai  sebagai  huruf  pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
5
 
Contoh :
    • Dr.                   Doktor
    • M.A.                Masterr of  Arts
    • S.H.                 Sarjana Hukum
    • Sdr.                 Saudara

B.   Tanda  Baca
       Tanda baca yang dipakai dalam bahasa tulis di antaranya sebagai berikut :
1.      Tanda Baca Titik (.)
Tanda baca titik (.) dipakai untuk hal-hal berikut :
      a. Dipakai pada akhir kalimat pertanyaan atau seruan.
     Contoh :  
    • Aku akan pergi ke Semarang hari ini.
      b. Dipakai untuk memisahkan  angka jam, menit, dan  detik yang menun-
          jukkan waktu.
    Contoh :   
    • Pukul 10.35.15 (pukul sepuluh lewat 35 menit 15 detik)
      c.  Dipakai  untuk  memisahkan  angka jam, menit dan detik yang menun-
           jukkan jangka waktu.
     Contoh :
    • 09.20.10 jam (9 jam, 20 menit, 10 detik)
      d. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
          daftar.
    Contoh :    I.          Pendahuluan
                                  A.        Latar Belakang
                                  B.        Tujuan
                                              1.   
      e. Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
    Contoh :   
    • Korban  tsunami bulan lalu mencapai 2.500 orang.
6
 
      f. Tidak  dipakai  untuk  memisahkan  bilangan  ribuan  atau kelipatannya
          yang tidak mennunjukkan jumlah.
    Contoh :
    • Nomor undian saya 45651
     g.  Tidak  dipakai  pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
    kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya.
    Contoh :   
    • Hutan dan manfaatnya.
h.      Tidak dipakai di belakang  tanggal  pembuatan surat,  alamat pengirim
surat, nama dan alamat penerima surat.
                   Contoh :  
    • 17 April 2007
Jalan Diponegoro 21
Jakarta
    • Yth. Andi Harun
Jalan Pahlawan 40
Palembang
Sumatra Selatan
        2.   Tanda Koma (,)
              Tanda koma dipakai untuk hal-hal berikut :
a.       Dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilang-
an.
Contoh :
    • empat, lima, enam dan tujuh.
b.      Dipakai  untuk  memisahkan  kalimat  setara  yang  satu  dari kalimat
Setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau melainkan.
Contoh :
    • Dia tidak begitu cantik, tetapi menarik.
   c.  Dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk  kalimat jika anak
        kalimat itu mendahului induk kalimat.
        Contoh : 
    • 7
       
      Karena malas belajar, Agus tidak naik kelas.
d.  Dipakai  di belakang   kata atau  ungkapan  penghubung antar kalimat
        yang terdapat pada awal kalimat.
        Termasuk  di dalamnya  oleh  karena  itu,  jadi,  lagi,  pula, meskipun
        begitu, akan tetapi.
        Contoh :             
    • Besok pagi sekolah libur. Jadi, kita dapat pergi memancing.
e.       Dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh kasihan dari
kata yang lain.
Contoh :            
    • O, itu ibuku.
    • Wah, sepedamu bagus sekali.
f.       Dipakai  untuk  memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Contoh :            
    • “Saya tidak tahu, “kata Yani, “kaena waktu itu saya tidak datang.”
g.      Dipakai di antara nama dan alamat.
Contoh :
    • Ibu Resti, Jalan Hayam Wuruk 15 Semarang.
h.      Dipakai di antara bagian-bagian kalimat.
Contoh :                                                
    • Surat itu ditujukan kepada SD Nusantara, Jalan Merak Raya 17, Bandung, Jawa Barat.
i.        Dipkai di antara tempat dan tanggal.
Contoh :            
    • Medan, 15 April 2010.
j.        Dipakai di antara  nama  tempat dan wilayah atau  negeri yang ditulis
berurutan.
Contoh :            
    • Desa Legok, Wonosalam, Demak, Jawa Tengah.
k.     
8
 
Dipakai  di antara  nama  orang dan  gelar akademik yang mengikuti-
nya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga atau marga.
Contoh :            
    • M. Ridwan, S. Pd.
    • H. Ahmad, SH.
l.        Dipakai  di antara  rupiah  dan sen atau di muka  angka persepuluhan
yang dinyatakan dengan angka.
Contoh :            
    • Rp 500,00
    • 45,5 Km
m.    Dipakai  untuk  mengapit  keterangan  tambahan  yang  sifatnya tidak
membatasi.
Contoh :            
    • Guru kami, Pak Din, sangat sabar.
n.      Dipakai untuk  menghindari  salah baca di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.
Contoh :            
    • Atas bantuan Bapak, Zainal mengucapkan terima kasih.

3.  Tanda Titi Dua (:)
 Tanda titik dua digunakan untuk hal-hal berikut :
 a.   Digunakan  pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian
       atau pemeraian.
         Contoh :            
·         Selvi membeli alat-alat tulis :  Bolpoin, buku, penggaris dan penghapus.
   b.  Tidak dipakai jika rangkaian atau pemeraian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh :            
·         Siska membeli bolpoin, buku dan penggaris.
c.      
9
 
Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemeraian.
Contoh :
·         Hari               :  Sabtu
Tanggal         :  5 Agustus 2010
Pukul             :  12.00 WIB.
      Tempat          :  Aula Sekolah           
d.      Dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Contoh :
·         Upin              :   “Kapan kita berangkat?”
·         Ipin                :   “Bagaimana kalau besok pagi?”
·         Upin              :   “Pukul berapa?”
·         Ipin                :   “07.00. Oke?”
4.    Tanda Hubung (-)
 Tanda hubung digunakan untuk hal-hal berikut :
a.        Untuk menyambung suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian
Baris.
Contoh :        
·         Setiap hari kamu harus rajin belajar memperoleh nilai bagus.
      b.    Dipakai untuk menyambung  unsur-unsur kata ulang.
              Contoh :       
·         bapak-bapak, mobil-mobilan
    1.  Dipakai untuk menyambung bagian-bagian tanggal.
Contoh :
·         10-7-2010  (tanggal 10, bulan 7, tahun 2010)
     
    1. Dipakai untuk merangkai se-dengan kata berikutnya yang dimulai
engan huruf kapital.
Contoh :         
·         se-Jawa
·        
10
 
se-Indonesia
·         se-Jakarta
    1. Dipakai untuk merangkai ke-dengan angka.
Contoh :                       
·         ke 5
·         ke-8
    1. Dipakai untuk merangkai angka dengan –an.
Contoh :         
·         50-an
·         70-an
    1. Dipakai untuk merangkai singkatan berhuruf kapital dengan
imbuhan atau kata.
Contoh :         
·         di-PHK
·         sinar-X

        5.     Tanda Seru (!)
                Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa
                 saran atau perintah yang menggambarkan kesungguhan , ketidak-
                 percayaan, ataupun emosi yang kuat.
                 Contoh :     *   Ambilkan buku itu!
·         Ambilkan buku itu!
·         Alangkah indah pemandangan itu!
·         Masak, sih! Apa ia begitu jahat?
·         Hidup Indonesia!
       6.      Tanda Petik (“….”)
                Tanda petik dipakai untuk hal-hal berikut :
a.            Dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah atau bahan tulisan lain.
Contoh :       
·        
11
 
“Maaf, aku tidak bisa datang,” kata Mirna.
     b.    Digunakan untuk mengapit judul syaiir, karangan atau bab buku
             buku yang dipakai dalam kalimat.
             Contoh :        
·         Kemarin aku menulis karangan berjudul”Sekolah
c.    Dipakai untuk mengapit istilah ilmiah atau kata yang mempunyai
       arti khusus.
       Contoh :         
·         Akibat”Wedus gembel” banyak tanaman dari lereng gunung mati
terkibur.
7.          Tanda Garis Miring (/)
Tanda garis miring digunakan untuk :
a.       Di dalam nomor dan pada alamat penandaan masa stu tahun atau
yang terbagi dalam dua tahun takwin.
Contoh :       
·         No.7/PK/2010
b.   Sebagai pengganti kata atau tiap.
       Contoh :      
·         dikirim lewat darat/laut (dikirim lewat dari darat/laut (dikirim lewat dari darat atau lewat udara.
         8.     Tanda Tanya (?)
                 Tanda Tanya digunakan untuk :
a.          Pada akhir kalimat tanya.
Contoh :       
·         Kapan Anda berangkat?
      b.     Di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
               disangsikan kebenarannya.
               Contoh :      
·         Ia dilahirkan pada tahun 1685 (?)

9.     Tanda Kurung ((…))
12
 
Tanda kurung digunakan untuk :
a.        Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Contoh :                                  
·         Bagian perencanaan sudah selesai menyusun DIK (daftar isian kegiatan) kantor itu.
    b.    Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
            pokok pembicaraan.
            Contoh :                                               
·         Sejak Trenggono yang berjudul “ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali)
10.      Tanda Kurung Siku [….]
Tanda kurung siku digunakan untuk :
a.          Mengapit huruf, kata atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat  atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Contoh :    
·            Sang Sapurba men[ d ]engar bunyi gemerisik.
b.      Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
         bertanda kurung.
         Contoh :    
·            Persamaan kedua proses itu (perbedaannya dibicarakan dalam    
                     BAB II [ lihat lampiran 35-38 ]
11.      Tanda Penyingkat atau Apostrof ( ‘ )
Tanda peningkat atau Apostrof digunakan untuk :
    a.    Menunjukkan pengulangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Contoh :
·            Ali ‘kan kusurati ( ‘kan = akan )


C. NARASI
13
 
13
 
Istilah narasi  atau sering juga disebut naratif  berasal dari kata bahasa Inggris narration (cerita) dan narrative (menceritakan). Karangan narasi menyajikan serangkaian peristiwa. Karangan ini berusaha    menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya ( kronologis ), dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik himah dari cerita itu.
1.    Tujuan menulis narasi secara fundamental ada 2, yaitu :
a. Hendak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahu-
     an pembaca (informasional/ekspositori).
b. Hendak memberikam pengalaman estetis kepada pembaca ( artistik/narasi
    sugestif)
* Yang termasuk narasi informasional yaitu : karangan faktual ( biografi,
    autobiografi, sejarah, atau proses dan cara melakukan sesuatu hal.
* Yang termasuk narasi artistik/sugestif, yaitu : karangan imajinatif (cerpen
    novel, roman dan drama)
2.    Prinsip-prinsip Narasi
       Prinsip-prinsip dasar narasi antara lain :
       a.  Alur ( Plot )
            Contoh populer untuk menerangkan arti alur adalah begini :
            Raja mati. Itu disebut jalan cerita.
            Tetapi raja mati karena sakit hati  adalah alur.
            Alur bersembunyi di balik jalan cerita.
            Unsur-unsur alur :
1.   Pengenalan
2.   Timbulnya konflik
3.   Konflik memuncak
4.   Klimaks
5.   Pemecah masalah

b.  Penokohan ( Tokoh )
    Yaitu orang atau sesuatu, binatang/para pelaku yang berperan dalam sebu-
     ah cerita.
14
 
c.  Latar ( Setting )
 Latar adalah penjelasan tentang waktu, tempat atau suasana sebuah cerita.
       d.   Sudut Pandang ( Point of View )
 Sudut pandang dalam narasi menjawab pertanyaan siapakah yang mence-
 ritakan tokoh ini.
3.    Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi.
 Langkah-langkah mengembangkan karangan narasi adalah sebagai berikut :
 a.    Menentukan tema dan amanat
 b.    Menentukan sasaran pembaca.
 c.    Merancang pikiran-pikiran utama
 d.    Menyusun peristiwa secara logis dan wajar.
4.    Contoh Narasi :
Sebuah Penantian
            Ia melintas kamar untuk menutup jendala ketika saya masih di tempat tidur. Ia kelihatan menggigil, mukanya pucat dan dia berjalan pelan-pelan seakan-
akan sakit kalau bergerak.
            “Mengapa, Schatz?”
            “Pusing.”
            “Sebaiknya kamu tidur saja.”
            “Tidak, saya tidak apa-apa.”
            “Tidurlah, saya berganti pakaian dulu, nanti saya periksa kamu.”
            Tapi ketika saya selesai berganti pakaian dan datang menemuinya, ternyata ia telah duduk di dekat perapian. Anak yang baru berumur 9 tahun itu kelihatannya sangat sakit. Saya raba dahinya  —demam—pikirku.
“Tidurlah, kamu demam.”
“Saya tidak apa-apa,” katanya.
            Dokter yang kupanggil datang, dan dia langsung memeriksa suhu badan anak itu.
            “Berapa Dok?” tanyaku.
15
 
            “Seratus dua.”
            Dokter itu meninggalkan tiga macam obat. Satu untuk menurunkan demam, satu lagi untuk membunuh virus influenza, dan yang ketiga untuk menetralkan asam, dokter itu menerangkan.
            “Tidak usah cemas selama panasnya di bawa seratus empat. Ini hanya flu
ringan saja dan tidak berbahaya jika radang paru-paru dapat dihindarkan.”
            Saya kembali ke kamar anak saya dan menulis suh badan anak itu serta membuat catatan  tentang waktu untuk meminum kapsul-kapsul itu.
            “Kamu ingin dibacakan sesuatu?”
            “Kalau Papa mau.”
            Muka anak itu pucat sekali dan di sekeliling matanya ada daerah kehitam-hitaman. Ia berbaring kaku di ranjang dan matanya menerawang.
            Saya membaca keras-keras kisah tentang bajak laut, dari buku karangan Howard Pyle, tapi saya tahu ia tidak mengikutinya.
            “Bagaimana rasanya, Sachatz?”
            “Sama saja, rasanya.”
            Saya duduk di ujung ranjang dan membaca untuk diriku sendiri sambil menanti tibanya waktu untuk memberikan kapsul yang lainnya. Satu kapsul sudah diminumnya ketika dokter memberikannya tadi. Mestinya ia sudah tidur, tetapi ternyata ia masih melihat ujung temat tidur dengan pandangan yang kosong dan aneh.
“Mengapa ku tidak tidur?” Nanti Papa bangunkan kalau harus minum obat.”
            “Sebaiknya saya bangun saja.” Ia berhenti sejenak lalu menambahkan, “Papa tidak usah menunggui saya kalau itu mengganggu Papa.”
            “Sama sekali tidak mengganggu Papa.”
            Mungkin ia agak gelisah pikirku. Saya beri dia kapsul jam 11.00 lalu saya pergi sebentar.
16
 
            Hari sangat dingin. Pepohonan dan semak-semak tertutup salju yang membeku. Saya membawa anjingsaya berjalan-jalan, tapi sukar sekali untuk berjalan-jalan di atas permukan salju yang licin. Anjing saya berkali-kali tergelincir. Juga saya telah dua kali jatuh, sekali dengan senapan meluncur jauh di atas es.
            Kami melihat sekelompok burung puyuh dan saya menembak dua ekor, selagi mereka menghilang di balik tebing. Licinnya es membuatku sukar untuk menembak karena kaki menjadi tidak tetap. Saya toh cukup gembira bahwa masih banyak yang masih hidup untuk ditembak lain kali.
            Di rumah saya mendengar kabar bahwa anak saya menolak orang masuk ke kamarnya.
            “Kalian tidak boleh masuk, kalian tidak boleh ketularan.”
            Ketika saya masuk ia masih tetap memandang ke ujung ranjang, sama seperti ketika saya meninggalkannya tadi. Saya mengambil suhu badannya.
            “Berapa?”
‘Seratus dua empat persepuluh.”
“Ooo, seratus dua.”
“Suhu badanmu tak perlu dicemaskan.”
‘Saya tidak cemas hanya saya tidak bisa berpikir.”
“Jangan pikirkan apa-apa, tenang-tenang saja.”
“Saya berusaha tenang.”
            Ia melihat lurus ke depan. Tenang sekali berusaha menyimpan sesuatu persoalan.
            “Minumlah obat ini.”
            “Apakah ini menolong?”
            “Tentu saja”
            “Saya membaca lagi keras-keras teapi karena ia tidak mengikutinya, saya berhenti.
            “Jam berapa kira-kira saya mati?”
            “Apa?”
            “Berapa lama lagi saya hidup?”
            “Kau tak akan mati. Ada apa sih?”
            “Ya, saya akan mati, saya dengar dokter berkata seratus dua.
17
 
            Saya tahu orang akan mati dengan panas seratus dua. Di sekolah dikatakan orang tak dapat hidup dengan panas empat puluh empat derajat. Saya seratus dua  derajat.”
            Ia rupanya sedang menunggu kematiannya sepanjang hari, sejak jam sembilan pagi.
            “Sachatz, Sachatz, kau benar-benar keterlaluan. Ini kan seperti mil dan kilometer. Termometer yang itu normalnya 37°, yang ini 98°. Tepat berapa kilometer kita tempuh bila kita berjalan tujuh puluh mil dengan mobil, tepat seperti itu.
            “Oh,…”
            Ia mengawasi tepi ranjang sambil  berpikir, pelan-pelan ia menjadi tenang.
Besoknya ia menjadi sangat tenang, dan berteriak-teriak lagi karena yang hal-hal kecil seperti biasanya.
            (Ernest Hemingway, A Day’s Wait, terjemahan Irsan Gautama)
           
           

                              
       






          

     
           

                          

  


18
 
 
BAB III 
METODOLOGI  PENELITIAN

A.  Metode Penelitian
      Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
      kuantitatif yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mengolah angka-
      angka dan data statistik.

B.  Teknik Penilaian
      Teknik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1.      Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui karakter dan kemampuan siswa di      kelas V SD Negeri 2 Cihaur.
2.      Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk membandingkan teori atau rujukan dalam
Penelitian ini.
3.      Tes
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa kelas V SD dalam menulis huruf kapital dan tanda baca pada karangan narasi.

C.  Populasi
Populasi dalam penelitian ini mengukur kemampuan peserta didik  kelas V SD Negeri 2 Cihaur Kecamatan Ciawigebang.

D.  Sampel
Sampel dalam penelitian ini  adalah seluruh peserta didik kelas  V SD Negeri 2 Cihaur  Kecamatan Ciawigebang atau sama dengan populasinya.





19
 
 
BAB IV 
DATA DAN PENGOLAHAN DATA

A.  Data Penelitian
      Data penelitian meliputi jumlah siswa laki-laki dan perempuan kelas V SD Negeri 2 Cihaur.


DATA JUMLAH SISWA KELAS V SD NEGERI 2 CIHAUR
TAHUN PELAJARAN 2009/2010


No.
Nama Siswa
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
1.
ROJIKIN
Ö

2.
UDIN
Ö

3.
ASEP SARIPUDIN
Ö

4.
ASIH

Ö
5.
CICIH CAHYATI

Ö
6.
DARSINI

Ö
7.
DINA SRI WAHYUNA

Ö
8.
DINI SRI WAHYUNI

Ö
9.
HADI SUHADI
Ö

10.
KAMSINAH

Ö
11.
MIFTAHULZANAH

Ö
12.
WIJAYANTI

Ö
13.
SANIP
Ö

Jumlah
5
8



20
 
 
B.   Kriteria Penilaian

TABEL KRITERIA PENILAIAN KEMAMPUAN SISWA
KELAS V SD NEGERI 2 CIHAUR
DALAM MENULIS HURUF KAPITAL DAN TANDA BACA

Interval
Prosentase
Kriteria
1-5
90-100
Tinggi
6-10
80-89
Baik
11-15
70-79
Sedang
16-20
60-69
Cukup
21-25
50-59
Rendah

Data    :
TABEL KEMAMPUAN SISWA KELAS V SD NEGERI 2 CIHAUR
DALAM MENULIS HURUF KAPITAL DAN TADA BACA

No.
Nama Siswa
Huruf Kapital
Tanda Baca

Prosentase
1
ROJIKIN
5
10
70
2
UDIN
8
16
59
3
ASEP SARIPUDIN
9
12
50
4
ASIH
17
6
52
5
CICIH CAHYATI
11
4
70
6
DARSINI
5
6
79
7
DINA SRIWAHYUNA
5
4
89
8
DINI SRI WAHYUNI
8
4
78
9
HADI SUHADI
19
4
58
10
KAMSINAH
21
 
17
9
50
11
MIFTAHULZANAH
21
 
20
4
50
12
WIJAYANTI
19
3
28
13
SANIP
15
8
58

Jumlah
158
90
791

Rata-rata
12,15
6,92
60,85

Keterangan  :   Jumlah Prosentase =  791   =  60,85   =  Cukup
        Sampel                13

C.   Pengujian Hipotesis
       Berdasarkan rata-rata penghitungan kemampuan siswa kelas V  SD Negeri 2   
       Cihaur dalam menulis huruf kapital dan tanda baca.
       Terkategori, Sedang.



















22
 
 
BAB IV  
KESIMPULAN DAN SARAN

A.   Kesimpulan
       Berdasarkan data kemampuan siswa kelas V SD Negeri 2 Cihaur dalam   menulis huruf kapital dan tanda baca, ditolak.
B.   Saran
       ·  Peserta didik harus sering berlatih menulis huruf kapital dan tanda baca.
       ·  Sekolah harus menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung untuk  
           kegiatan membaca.






















23
 
 
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Mardianto, Ahmad dkk (2008), Belajar Praktis Bahasa dan Sastra, Jakarta :
        Pudak Scientifik

S. Agustian, Dra. (1999), Buku Pintar Bahasa dan Sastra, Jakarta : Tiga Aksara

Yunus, Muhamad dkk (2008), Keterampilan Dasar Menulis, Jakarta :  Universias
          Terbuka


















SHARE

Milan Tomic

Hi. I’m Designer of Blog Magic. I’m CEO/Founder of ThemeXpose. I’m Creative Art Director, Web Designer, UI/UX Designer, Interaction Designer, Industrial Designer, Web Developer, Business Enthusiast, StartUp Enthusiast, Speaker, Writer and Photographer. Inspired to make things looks better.

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

Translate