Metode
Latihan
Bahwa latihan adalah pendidikan untuk memperoleh
kemahiran atau kecakapan. Berdasarkan pengertian tersebut jelas bahwa latihan
dan praktik lebih ditekankan pada aspek keterampilan dan didasari oleh
psikologi daya, yang mengatakan bahwa demikian kemahiran atau kecakapan
tersebut perlu ditunjang oleh pengetahuan dan keterampilan.
Penerapan metode latihan dalam pengajaran Matematika dan berhitung
sangat dipengaruhi dan didasari oleh psikologi daya, yang mengatakan bahwa
dalam diri setiap individu itu terdapat sejumlah daya atau potensi yang perlu
dikembangkan. Oleh karena itu diperlukan latihan dan praktik untuk melatih
daya-daya atau potensi-potensi agar dapat berkembang secara optimal.
Terdapat banyak kesamaan antara metode latihan dengan metode penugasan,
bahkan ada yang mengemukakan bahwa metode latihan merupakan bagian dari metode
penugasan . Dan dalam kedua metode tersebut tentunya memerlukan praktik. Hal
tersebut didasarkan pada suatu kenyataan bahwa apa-apa yang harus dilatih
merupakan tugas yang harus dikerjakan yang memerlukan tindakan praktik.
Metode latihan lebih ditekankan pada pengembangan kecakapan secara
individual, terutama untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh
peserta didik. Namun demikian tidak berarti bahwa metode latihan ini tidak
dapat dilakukan secara kelompok atau klasikal.
Dalam
pelaksanannya bisa saja dilakukan secara kelompok atau klasikal, namun yang
menjadi sasarannya adalah pengembangan kemampuan individual. Metode
latihan ini dapat dilakukan secara terbimbing
dan bisa dilakukan secara bebas oleh peserta didik tanpa bimbingan dan
pengawasan guru.
3.1
Kelebihan Metode Latihan
Dalam penerapan metode latihan
ini memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan- keuntungan tersebut antara lain
dapat diuraikan sebagai berikut:
a.
Memberi kesempatan kepada setiap peserta didik
untuk
mengembangkan
potensi-potensi atau kemampuan-kemampuan yang dimilikinya secara optimal.
b.
Metode latihan dapat digunakan untuk
mengembangkan aktivitas, kreativitas, tanggung jawab, dan disiplin peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini penting karena dalam kegiatan
pembelajaran tidak selamanya peserta didik mendapat pengawasan dari guru.
Dengan latihan diharapkan peserta didik bekerja secara mandiri, berdasarkan
motivasi yang datang dari dalam dirinya, dan kreatifitas yang dimilikinya.
c.
Peserta didik mendapat kesempatan untuk
melatih diri bekerja secara mandiri. Dalam hal ini ia belajar sendiri
menggunakan suatu alat atau sumber belajar dalam menyelesaikan tugas
latihannya. Meskipun mungkin ia minta bantuan orang lain dalam latihannya.
d.
Metode latihan dapat merangsang daya pikir
peserta didik, karena mereka dituntut untuk melatih kemampuan kemampuan yang
dimilikinya secara optimal. Dengan demikian dapat melahirkan
pemikiran-pemikiran yang inovatif dari peserta didik, karena mereka diberi
kebebasan dalam menyelesaikannya, tidak membebek atau mengikuti cara-cara yang
dilakukan guru.
e.
Sama halnya dengan metode penugasan, di
samping metode latihan dapat dilakukan secara individual bisa juga dilakukan
secara kelompok. Dalam hal ini peserta didik dikelompokkan dalam
kelompok-kelompok kecil. Hal tersebut melatih peserta didik untuk bekerja
secara kelompok, bergotong royong, dan bekerja sama dengan orang lain.
3.2
Kekurangan Metode Latihan
Di samping kelebihan yang dimilikinya, metode latihan juga memiliki
beberapa kekurangan-kekurangan. Kekurangan-kekurangan tersebut adalah sebagai
berikut :
a.
Apabila latihan tersebut diberikan secara
kelompok, sering kali yang mengerjakan hanya peserta didik tertentu saja, atau
bukan hanya
dikerjakan
oleh seorang peserta saja, sedangkan peerta didik lainnya hanya numpang nama.
b.
Apabila latihan diberikan untuk dikerjakan di
luar kelas, sulit untuk mengontrol apakah peserta didik bekerja secara mandiri
atau malah menyuruh orang lain untuk menyelesaikannya. Di samping itu apabila
latihan yang diberikan sama antar peserta didik, bekerja secara mandiri atau
malah menyuruh orang lain untuk menyelesaikannya. Di samping itu apabila
latihan yang diberikan sama antar peserta didik, di mana peserta didik yang
malas mengerjakan latihan menjiplak pekerjaan temannya yang sudah selesai
mengerjakannya.
c.
Metode latihan dengan sendirinya menuntut
tanggung jawab guru yang sangat besar untuk memeriksa dan memberikan umpan
balik terhadap latihan-latihan yang dikerjakan oleh peserta didik. Hal ini
seringkali menyita waktu, yang mengakibatkan guru kurang tepat dalam memberikan
respons. Apabila hal tersebut terjadi maka metode latihan akan membosankan
peserta didik.
d.
Seringkali terjadi penyimpangan dalam
penggunaan metode latihan, dari pembelajaran menjadi semacam hukuman, atau
kebiasaan rutin yang diberikan oleh guru terhadap peserta didik.
e.
Apabila latihan tersebut terlalu banyak dan
sulit untuk dikerjakan, maka akan menyita waktu peserta didik. Dengan demikian
akan menimbulkan rasa malas bagi peserta didik untuk mengerjakan latihan yang
dihadapinya, karena merasa waktunya terganggu oleh latihan, misalnya waktu
bermain, waktu menonton tv, dan lain-lain.
3.3 Cara Mengajar dengan Menerapkan Metode Latihan
Agar pembelajaran dengan
menggunakan metode latihan dapat berjalan secara efektif dan mencapai tujuan
yang diharapkan, maka perlu diperhatikan
langkah-langkah berikut :
a. Rumuskan tujuan yang matang dari setiap
latihan yang diberikan dalam pembelajaran, dan pilihlah materi yang tepat untuk
dilatihkan.
b.
Tetapkan apakah latihan yang diberikan untuk
dikerjakan secara klasikal, kelompok, atau individual.
c. Siapkanlah alat dan sumber belajar yang
diperlukan oleh peserta didik dalam melaksanakan latihannya, apakah alat dan
sumber tersebut sudah menunjang tercapainya tujuan.
d.
Upayakan agar semua peerta didik terlibat
dalam setiap latihan yang diberikan.
e.
Berikanlah umpan balik dengan segera terhadap
latihan-latihan yang diberikan.
f. Lakukanlah evaluasi terhadap pembelajaran yang
telah dilaksanakan, baik terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik
terhadap keefektifan metode latihan maupun terhadap hasil peserta didik.
4. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Problem Solving
memegang peranan peranan penting agar pengajaran berjalan dengan fleksibel.
Sehubungan dengan itu ditekankan perlunya pengajaran matematika dan berhitung
dengan meningkatkan keterampilan memecahkan masalah sehingga peserta didik
dipersiapkan secara tepat untuk menghadapi dunia yang ditandai oleh pertumbuhan
dan kompleks, perubahan yang serba cepat, dan ilmu pengetahuan yang sangat
meluas.
4.1 Kelebihan Metode Problem Solving dalam
Pelajaran Matematika dan Berhitung
Kelebihan yang dimiliki oleh problem
solving dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
(1)
Metode pemecahan masalah memungkinkan
menghubungkan pengajaran dengan kehidupan sehari-hari, karena masalah-masalah
yang diangkat
(2)
dalam kegiatan belajar bisa diambil dari
kehidupan sehari-hari, atau dari apa yang dialaminya.
(3)
Metode ini dapat merangsang kemampuan
intelektual dan daya pikir peserta didik, karena dalam berpikir menggunakan
problem solving mereka menyoroti permasalahan dari berbagai segi.
(4)
Metode ini dapat melatih dan membiasakan
peserta didik untuk berpikir secara sistematis dan menghubungkan dengan
masalah-masalah lainnya.
4.2 Kekurangan Metode Problem Solving
Kekurangan metode ini antara lain dapat
dikemukakan sebagai berikut:
(1) Dengan metode ini sulit untuk menentukan
masalah yang sesuai dengan daya pikir setiap peserta didik.
(2) Metode ini memerlukan waktu yang cukup panjang
kalau dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah sistematis.
(3) Seringkali peserta didik tidak dapat
memecahkan masalah-masalahnya sendiri, atau bahkan mereka tidak atau kurang
percaya terhadap pemecahan masalah yang telah dilakukannya, sehingga mereka
menuntut keterlibatan guru.
(4) Masalah yang dijadikan topik dalam pengajaran
sering dibuat-buat oleh guru, sehingga pengajaran menjadi kurang kondusif dan
kurang menarik.
(5) Dalam proses pemecahan masalah, guru sering
menuntut peserta didik untuk memecahkan masalah sesuai dengan yang
dilakukannya, atau sudah terpola sehingga membosankan.
4.3 Cara Mengajar Matematika dan Berhitung dengan
Metode Pemecahan
Masalah.
Para ahli mengemukakan berbagai langkah
dalam melakukan problem solving, tapi pada hakikatnya cara yang dikemukakan
adalah sama. Davis Alexander (1974) mengemukakan langkah-langkah problem solving
sebagai suatu seri, meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
(1)
Sensing Potensial Problem
Sensing potensial problems dapat
diartikan sebagai suatu kondisi di mana seseorang atau peserta didik merasakan
adanya masalah-masalah potensial, yang
menuntut
pemecahan. Apa yang dikeluhkan dan apa yang diketahui menentukan situasi mana
yang dirasakan sebagai problem atau masalah. Sebagai contoh di sini dikemukakan
guru yang sudah membaca buku interaksi kelas. Pengarang buku mengharapkan guru
tersebut dapat merangsang peserta didik untuk mengajukan beberapa pertanyaan.
Sedangkan di dalam kelas peserta didik yang diajar oleh sang guru tidak
mengajukan pertanyaan sedikit pun dan tidak tahu bagaimana membuat peserta
didiknya bisa mengajukan pertanyaan.
(2) Formulating Problems
Pada suatu problem dirasakan pada saat
itu problem tersebut telah siap diformulasikan. Untuk mendapatkan hakikat dan
penjelasan dasarnya, biasanya diformulasikan dalam bentuk pertanyaan.
Berdasarkan contoh di atas, maka si guru merumuskan masalahnya dengan
menghubungkan tujuan dengan beberapa elemen dari masalah yang dirasakannya, dan
timbul pertanyaan dari guru sebagaimana caranya untuk dapat membuat kertas yang
penuh dengan peserta didik yang tidak bertanya ini dapat mengajukan pertanyaan
sekarang?
(3) Search
for Solution
Sewaktu masalah sudah diformulasikan,
orang yang memecahkan masalah mengumpulkan informasi dari berbagai sumber untuk
menemukan pemecahan masalah tersebut. Dengan menghubungkan data dan
idenya-idenya, maka orang yang melakukan pemecahan masalah membuat hipotesis
pemecahan masalah untuk diujicobakan. Dari contoh guru yang ingin menerapkan
interaksi kelas di atas, misalnya guru tersebut mulai menjajagi pemecahannya.
Dia bertanya kepada sejawatnya bagaimana merangsang peserta didik untuk dapat
bertanya kepada pustakawan sekolah, buku apa yang bisa memancing banyak pertanyaan
dari peserta didik. Mungkin juga dia melihat kembali buku-buku tentang
psikologi cara memotivasi.
(4) Trade-off
Among Solution and Initial Selection
Sewaktu semua pemecahan masalah itu
sudah dikemukakan, tidak selalu semuanya adalah penting dan feasible.
Mungkin saja hanya beberapa dari alternatif pemecahan itu terpakai. Sebagai
contoh dari guru di atas, bisa saja guru mengatakan supaya peserta didik tidak
langsung percaya. Atau dia bisa mengatakan dengan perkataan yang sederhana,
yaitu: Ada pertanyaan?
(5) Implementation and Evaluation
Setelah suatu pemecahan masalah
didapatkan, maka yang perlu adalah bagaimana implementasi pemecahan masalah
tersebut, mungkin saja pada situasi yang lain, dan kemudian dievaluasi sudah
berlaku umum.
0 komentar:
Posting Komentar