5 Penyakit Hati yang Patut Diwaspadai
Afia R Fitriati mengingatkan kita pada lima perasaan yang dapat membuat jiwa menderita.
Di bulan Ramadhan ini, setan memang sedang dibelenggu dan menjalani
hukuman di ‘penjara’, tetapi masih ada musuh lain yang mengintai untuk
menipu kita agar berbuat dosa: diri kita sendiri.
Jihad al-nafs atau perjuangan melawan diri sendiri adalah perjuangan
terbesar umat manusia. Seperti rumput liar yang secara perlahan
mengambil alih taman yang indah, penyakit-penyakit hati dapat menjadikan
jiwa kelaparan dan membuat kita menyimpang dari jalan yang lurus.
Jangan biarkan penyakit-penyakit ini mengalahkan Anda. Tandai
perasaan-perasaan ini begitu muncul dan tanyakan ‘Apa yang akan
dilakukan Nabi (SAW) dalam situasi seperti ini?’
Kelima penyakit hati berikut mewakili perasaan yang paling sering saya coba taklukkan.
1. Cemas
Kehidupan duniawi penuh dengan kekurangan dan ketidaksempurnaan, jadi
wajar saja bila sesekali kita mencemaskan berbagai aspek kehidupan.
Namun masalahnya, bila tidak dihentikan, perasaan ini dapat meningkat
menjadi kegelisahan. Kekhawatiran juga bisa menghalangi kita mewujudkan
garis hidup karena kita terlalu takut untuk mengambil tindakan yang
diperlukan demi mewujudkannya. Dalam Perang Uhud misalnya, tentara
Muslim menderita kekalahan besar karena beberapa dari mereka ragu-ragu
dan tidak mengikuti perintah Nabi.
Saat kecemasan mulai menyusup ke hati, ingatkan diri bahwa Allah
lebih besar dari masalah apa pun yang sedang dihadapi. Ucapkan
‘bismillah’ (dengan menyebut nama Allah), lalu lakukan langkah yang
diperlukan untuk mengalahkan kekhawatiran, satu demi satu. Kesibukan dan
pikiran yang aktif akan membuat Anda segera melupakan kecemasan.
2. Sombong
Kebalikan cemas adalah sombong. Inilah perasaan yang muncul ketika
orang terlalu percaya diri, angkuh dan bangga. Kesombongan biasanya
berusaha menyelinap ke dalam hati saat kita merasa telah mencapai suatu
prestasi.
Kita harus selalu ingat bahwa setiap sen yang kita miliki,
kecantikan, dan bahkan setiap helaan napas kita adalah karena Allah
semata. Saat menyadari bahwa diri kita sebenarnya tidak berdaya bila
dibiarkan sendirian, kita tahu sesungguhnya kita tidak punya apapun
untuk disombongkan.
3. Iri
Iri berasal dari pola pikir serbakekurangan. Perasaan ini menyuruh kita merasa kurang
bahagia bila seseorang mempunyai kelebihan tertentu dari kita. Iri hati
berpotensi merusak, baik bagi yang merasakannya, maupun bagi yang
menyebabkannya. Karena, orang yang merasa iri kemungkinan akan mencoba
membalas orang yang membuatnya iri dengan merusak kebahagiaannya atau
mengambil lebih banyak lagi. Quran telah memperingatkan kita pada bahaya
dengki dan menganjurkan kita untuk meminta perlindungan dari perasaan
ini.
Orang beriman harus selalu ingat bahwa kehidupan duniawi terbatas dan
tidak menyediakan apa pun yang kita perlukan atau inginkan. Namun Allah
telah mempersiapkan semuanya dalam skala yang seimbang. Kita mungkin
lemah dalam satu bidang tapi hebat dalam bidang lain; dan apa pun
kekurangan kita di dunia kemungkinan akan mendapat balasan di akhirat
jika kita beriman kepada Allah dan berbuat baik.
5. Curiga
Al-Quran telah memperingatkan kita untuk memerangi rasa curiga. Karena
setidaknya, kecurigaan akan mendirikan tembok antarmanusia dan dapat
memutus tali silaturahmi. Latihlah diri sendiri untuk berbaik sangka
kepada orang lain. Insya Allah, prasangka baik yang Anda berikan kepada
orang lain akan kembali kepada Anda sendiri.
6. Tidak bersyukur
Penyakit hati terakhir dalam daftar ini adalah perasaan yang kita
semua memilikinya, sampai-sampai Allah menanyakan berulang kali: ‘Maka
nikmat Tuhanmu yang mana lagikah yang engkau dustakan?’. Kita
tidak akan pernah sanggup menghitung karunia Tuhan bagi kita: air,
kesehatan, penyakit-penyakit yang tidak kita miliki.. daftar ini tak
akan ada habisnya.
Karena kita sering kali baru menyadari pentingnya makna sesuatu
setelah diambil dari kita, bulan Ramadhan merupakan kesempatan untuk
bersyukur atas segala karunia Tuhan.
Kesempatan ini semoga tidak kita sia-siakan.
0 komentar:
Posting Komentar