BOGOR – Basic dalam menajemen berbasis kinerja adalah budaya kinerja. Ketika individu atau unit sudah menjadikan kinerja sebagai budaya (culture) dalam berorganisasi, otomatis organisasi tersebut berkinerja dalam melaksanakan visi dan misi organisasi. “They put their energy into a task without being asked or monitored,“
ujar Wakil Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PANRB) Eko Prasojo
workshop penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja di ingkungan Kementerian
PANRB di Bogor, Jumat (07/03).
Acara yang diselenggarakan selama dua
hari ini diikuti seluruh pejabat eselon I, eselon II, pejabat pembuat
komitmen, dan semua pejabat terkait dengan perencanaan di Kementerian
PANRB. Kegiatan ini terkait dengan hasil evaluasi akuntabilitas kinerja
tahun 2013, dengan perolehan nilai A.
Hal itu membawa konsekuensi, selain
mempertahankan juga harus siap menjadi tempat belajar, dan contoh bagi
instansi pemerintah lain. “Tak ada cara lain, kecuali terus dan terus
meningkatkan kinerja,” tambah Wamen.
Dalam acara tersebut Deputi Reformasi
Birokrasi Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan M. Yusuf Ateh
menyampaikan agar setiap unit di lingkungan Kementerian PANRB mampu
menjadi contoh bagi K/L lain dalam Akuntabilitas kinerjanya, mulai dari
perencanaan dan terget kinerja yang terukur serta kejelasan strategi
pencapaian. “Setiap unit kerja harus mampu mendefinisikan kinerja
masing-masing,” ujarnya.
Dalam hal ini, lanjut Ateh, setiap
unit harus bisa menjeleskan kinerja Kementerian PANRB kepada pihak-pihak
lain yang membutuhkan. Selain itu, LAKIP Kementerian PANRB juga akan
dibuat dalam bahasa inggris, sebagai bukti akuntabilitas kinerja
reformasi birokrasi di Indonesia. (sgt/HUMAS MENPANRB)
0 komentar:
Posting Komentar