ASAH KETERAMPILAN MOTORIK LEWAT PERMAINAN TRADISIONAL

Asah Keterampilan Motorik Lewat Permainan Tradisional


alt
JAKARTA – Sekarang ini permainan dalam gadget digandrungi semua usia. Mulai dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Khususnya anak-anak dan remaja, tak sedikit dari mereka menyukai berbagai permainan dalam gadget. Tentunya kecanggihan teknologi yang semakin berkembang adalah salah satu pemicu mengapa gadget semakin berkiprah menciptakan berbagai permainan baru yang dapat merangsang  perkembangan motorik anak-anak.
Berkembangnya teknologi tentu pula ada pengaruhnya. Lebih khusus kepada anak-anak, yang memperoleh efek negatif maupun positif dari kebiasaan bermain game di dalam gadget.
Psikolog Vensi Anita Ria Gunawanita menuturkan, permainan atau game dalam gadget sebenarnya dapat membantu menyediakan sarana belajar yang menarik bagi anak.
“Dikembangkannya gadget ini kan memang akan ada  fungsinya, tentu saja jika digunakan dengan tepat. Misalnya,  membantu atau mempermudah kegiatan kita sehari-hari. Jadi dari segi fasilitasnya baik untuk kita jika digunakan dengan tepat,” kata Vensi kepada media, Minggu (8/6).
Mengenai manfaat bisa berbagai macam, melalui permainan edukatif yang tersedia dalam aplikasi gadget, anak bisa belajar banyak. Misalnya saja permainan menemukan barang yang sama, bisa melatih koordinasi visual dan motorik anak. Yaitu anak belajar mengenal bentuk dan mampu mencari bentuk-bentuk yang sama dan sekaligus menemukannya dengan menggunakan ujung-ujung jarinya atau sistem layar sentuh.
“Sistem motorik halus yaitu menggerakkan jari-jari yang lebih banyak difungsikan dalam bermain gadget. Kemudian, tidak hanya itu, anak juga belajar berpikir logis, konkret dan melatih daya analisa anak, kreativitas, serta  imajinasi,” paparnya.
Walaupun demikian, lanjut pengajar di TK Indo-Tonghoa Tarakan itu, permainan dalam gadget juga perlu diimbangi dengan permainan tradisional sederhana misalnya lempar tangkap bola, lompat kelinci, fungsinya untuk menyeimbangkan fungsi motorik kasar anak.
“Kalau anak hanya bermain gadget, jadi pintar tetapi motorik kasarnya tidak berfungsi dengan baik, banyak duduk atau tiduran, kurang olahraga maka pertumbuhannya juga akan terhambat. Selain itu juga resiko obesitas pada anak. Pola yang salah dalam pemberian game gadget walaupun permainan edukatif pun dapat berdampak buruk pada anak,” ujarnya lagi.
Selain itu, ada juga pengaruh buruk dari  gadget dalam perkembangan emosional dan pribadi anak. Ketika gadget menjadi addict atau kecanduan ini yang akan memberi pengaruh buruk pada perkembangan emosi dan pribadi anak.
“Misalnya ketika ia tidak diberikan gadget kesukaannya, ia menjadi tantrum, menangis sejadi-jadinya sambil berguling-guling di lantai,” jelasnya.
Tantrum sendiri adalah perilaku marah pada anak-anak prasekolah. Mereka mengekspresikan kemarahan mereka dengan berbaring di lantai, menendang, berteriak, dan kadang-kadang menahan nafas mereka. Tantrum yang alami, terjadi pada anak-anak yang belum mampu menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan rasa frustrasi mereka, karena tidak terpenuhinya keinginan mereka.
Karena itu, lanjut Vensi, pemberian gadget memang harus sesuai porsinya, dan bukan hanya sebagai “alat bantu” agar anak diam atau tidak rewel, tetapi sebagai sarana belajar. Anak harus diberi konsep bahwa ipad adalah sarana belajar bukan hanya sekadar mengisi waktu luang untuk bermain, beri jadwal tertentu kapan anak boleh main, disiplinkan waktu, dan sebaiknya didampingi oleh orangtua ketika ia sedang bermain permainan edukatif.
“Dengan demikian ikatan emosional anak dan orangtua juga terbentuk dengan sehat. Bukan anak hanya dibiarkan main sendirian asal tidak rewel,” pungkasnya. (BERITAEDUKASI.com)
SHARE

Milan Tomic

Hi. I’m Designer of Blog Magic. I’m CEO/Founder of ThemeXpose. I’m Creative Art Director, Web Designer, UI/UX Designer, Interaction Designer, Industrial Designer, Web Developer, Business Enthusiast, StartUp Enthusiast, Speaker, Writer and Photographer. Inspired to make things looks better.

  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
  • Image
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

Translate