Mengintip Tradisi Puasa di Maroko
Akhir puasa dirayakan dengan mengenakan pakaian tradisional yang indah-indah

Suasana kota Marakesh di Maroko
Ramadan,
bulan kesembilan dalam kalender Hijriah, memiliki arti khusus bagi umat
Islam di penjuru dunia. Tak terkecuali umat Islam di Maroko, yang di
masa lalu pernah menjadi salah satu pusat peradaban Islam.
Sepanjang bulan Ramadan, masjid-masjid di Maroko menjadi semarak oleh umat Islam yang ingin mendapat berkah Ramadan.
Orang-orang menghabiskan hari-hari dan malam mereka mereka dengan
berdoa di masjid. Ramadan menjadi bulan di mana semua anggota keluarga
berkumpul. Setiap malam, berbagai jenis makanan lezat terhidang di meja
makan. Di bulan Ramadan, para ibu rumah tangga menyiapkan hidangan
khusus seperti harira, sup khas Maroko.
Sup ini kaya akan kalori dan rempah-rempah, dan biasa dijadikan
sebagai hidangan untuk berbuka puasa. Setelah itu biasanya disusul
dengan kurma atau sarang chebbakia (wafer dilapisi madu) atau briouates
(lapisan kue yang diisi dengan keju segar dan direndam dalam madu).
Hidangan lainnya adalah baghrir (Maroko pancake) m’semmen (wafer)
dilapisi dengan madu dan mentega, harcha (mengandung semolina), sellou
(campuran almond dengan tepung dan bahan lainnya), CAAB ghzale (tanduk
kue gazelle dengan lapisan almond bubuk). Tak ketinggalan briouate yang
diisi dengan udang atau daging dan dihidangkan bersama minuman khas
Maroko, teh mint.
Seperti umat Islam lainnya, orang Maroko juga menganggap 10 hari
terakhir bulan Ramadan sebagai hari yang penuh berkah. Terutama malam
tanggal 27, atau yang dikenal dengan malam lailatul qadr.
Dalam tradisi masyarakat Maroko, sepuluh hari terakhir bulan Ramadan
dimanfaatkan untuk menginisiasi anak-anak pada ibadah puasa. Dan setelah
berbuka puasa, anak-anak dan gadis-gadis muda berpakaian dalam pakaian
tradisional yang indah.
Sedangkan bagi orang dewasa, sepuluh hari terakhir Ramadan ditandai
dengan peningkatan intensitas spiritual mereka dengan memperbanyak
membaca Al Qur’an.
Akhirnya pada hari terakhir bulan Ramadhan, digelar festival ‘Ied
Al-Fitr. Sambil mengumandangkan takbir digelar pawai di jalan-jalan di
kota Maroko. (Islamweb.com)
0 komentar:
Posting Komentar